Merangkai Historic of Karang Soeta


Begitu ya ceritanya aku berencana kearah Sana nih dengan teman-teman, nanti aku mampir deh. Menutup cerita di salah satu chat sosmed.

Cilacap, 21 Desember 2019

Wisata Ziarah ke Panjalu.
Pagi itu saya dan teman-teman 'perkumpulan' mengadakan perjalanan PP sehari ke Ciamis dan puncak Panjalu. Aroma wisata ziarah kental sekali disini. Rombongan datang silih berganti tidak berhenti menghabiskan sepanjang hari itu. Mendengar panjang dati ribuan tahun lalu kisah peninggalan-peninggalan bersejarah, yang sekarang sudah diabadikan oleh negara,  di dalam ruang khusus 'seperti museum', Dan dijaga oleh seorang juru kunci. Tempat ini memiliki kisah yang istimewa dijaman penyebaran agama Islam menyangkut peninggalan salah satu kekerajaan Indonesia di ribuan tahun masa lampau. Saya pun mulai bisa menikmati perjalanan ziarah serupa.

   Namun artikel ini gagal saya susun dikarenakan tidak ada dokumentasi yang dapat saya abadikan. Tersadar olehku beberapa foto yang saya ambil tadi, sudah terbersit dalam benak perlukah saya meminta ijin kepada pemilik si 'empunya' peninggalan ini ? Ataukah baiknya saya kenang dalam jiwa dengan sangat indahnya dan sebagai penyemangat diri?Belum sempat memutuskan, hati sudah merasa sukses dan senang mendapatkan 4-5 foto saja. Dan kemudian dalam sekejap saya kehilangan ribuan kali jumlah foto-foto yang tersimpan di memori card HP saya. Oh I see... Salam dan shalawat untukmu wahai pemilik 'hadiah' yg diabadikan ditempat ini.
    
 Masya Allah... pembelajaran hikmah, jangan sepelekan pentingnya suatu ijin, keridhoan suatu pihak, sikap wajar-wajar sajalah, sekiranya menurutmu tau itu tidak baik sesegeralah kembali pada pemikiran awalmu, tanpa mempengaruhi atau dipengaruhi 'sebuah keinginan' karena ini adalah hasrat Dan hasad. Lagipula Tak semua orang membutuhkan informasi apa yang Kita dapat pada orang lain.

Baiklah gaes.... lepas dari kunjungan itu saya masih punya PR untuk menyempatkan mampir di rumah peninggalan Keluarga di Tengah kota Ciamis seperti yang saya janjikan pada saudara-saudara super sepupuan, karena jarak tinggal mereka lebih jauh dari Saya, dna Saya memiliki nikmat kesempatan. 

Bismillah Dan shalawat, Saya hadiahkan kepada Aki Buyut Saya, Ninik Buyut Saya, Dan seluruh penghuni makam ini, semua ikatan keluarga.

Inilah Karang Suta (sebutannya)


Karang Raden Soetanandika.
Dengan penamaan Fam nama akhiran Nandika. Dimana masihd dipakaioleh beberapa keturunan laki-laki dari Aki Buyut, sebagai penamaan Fam ke anak lelakinya. Yaitu Nandika.

Terkadangj jikamenemukan seseorang yang memiliki nama belakang Nandika saya suka penasaran, mungkin masih saudara. hehe. Padahal faktor kebetulan kesamaan juga besar.

Tidak tersisa foto selain lukisan dinding

Tapi singkat cerita, waktu Saya dikelas 5 SD, kelas sebelah mendapatkan teman baru lelaki. Cakep? Iya dong, tapi jahilnya bukan main jika kebetulan papasan. Jurus jutek Saya keluarkan. Setelah jalan beberapa bulan, sepulang sekolah Saya diajak mama ke suatu rumah. Lumayan seharian Dan  agak membosankan karena Tak Ada teman sepantar. Menjelang sore, aktifitas mulai mereda, penghuni rumah mulai lengkap. Singkat cerita... Jreng jreng teman lelaki yang usil menyebalkan Dan cakep itu sepupuan dengan Saya dari garis ini.

Ada polah baru dan kegembiraan yang kami tunjukan keteman-teman di sekolah keesokan harinya.

Sepupuan Saya yang lain juga mengalami Hal serupa. Dari nama akhiran yang tersemat, mengikatkan Tali persaudaraan ternyata. Senang. Dunia menyempit. Dan kami meluas.

Saya merupakan keturunan ke 4 dari salah satu 2 wanita di lukisan dinding itu.


Kedamaian hidup diantara kedua wanita ini sangat harmonis. Salut sekali ya... Bahkan mereka saling menitipkan anak-anak mereka yang sama-sama memiliki balita jika tibaw waktunya bergilir.
Beberapa jarak kehamilan mereka, tercatat dari beberapa usia anak-anak mereka berdekatan. I

Istimewa yang mungkin tidak dimiliki oleh wanita masakini dengan 'kecenderungan'l lebihmenguasai atau memiliki sepenuhnya dalam arti yang sebenarnya. Hak dan goals pribadi masing-masing yah, karena artikel tidak membahas kearah ini.

Namun setelah disusun silsilahnya putra putri Aki Buyut Raden SoetaNandika itu kurang lebih tercatat 24 orang yang pernah hidup.  Banyak dan besar ternyata
kami ini.

Konon
Dizaman penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya Ciamis/Galuh, keluarga yang kami temui di rumah ini menceritakan, konon moyang kami masih berasal dari keturunan peranakan kerajaan Irak yang membawa penyebaran agama Islam dijaman nya dan menetap. (Nah yang ini masih ditelusuri kenapa pernah lama disebut2).

Dan saya sudah sampaik ke negara yang dekat dengan keturunan saya itu. Atas sebuah rejeki Dan nikmat Tuhan yang Tak bisa di 'ibaratkan' diri ini sudah 2x sampai di negara Irak.

...masih di sambung-sambungkan saja sih. Seru sendiri dan untuk menyimpan historic semua ini. Terkadang Saya suka bertanya dalam jiwa, Iradah Tuhan sungguh sempurna. Mungkin inilah salah satu jawaban sekian ribu pertanyaan yang Tak bisa dijawab.

Kembali kisah rumah ini didirikan tahun 1950. Masih asli. Rumah nya tidak begitu besar, tetapi pekarangan nya yang cukup luas untuk menghubungkan area pemakaman keluarga. Dan saya sudah pernah bergambar di depan rumah ini.

Diusia segini Saya mulai penasaran loh dengan asal moyang Saya.
Mulai mengumpulkan data dan memori masa kecil, tempat dimana pernah Ada nya perkumpulan suatu keluarga yang sangat besar. Yang terakhir Saya kunjungi kediaman ini di tahun 1986-1988 kurang ingat pasti nya.

Setelah nya memang masih Ada 2x pertemuan. Tapi tidak mungkin di rumah ini. Karena sudah tidak muat menampung jumlah nya. Pertimbangan efisien diadakan di tempat yg jarak n lokasi nya mudah, Jakarta dan Bandung. Kurang historic nya sih, tapi insyaAllah silaturahmi yang memperpanjang usia dan meluaskan nikmat.

Ah...mendengar secuil cerita nya saja dan Saya sudah sangat senang, mereview ajah, "oh demikian lah bagian dari keberadaan saya".

Berikutnya Saya akan melanjutkan menelusuri rumah salah satu dari 24 anak Aki Buyut SoetaNandika. Ninik Mien namanya. Ada di geger Kalong, Bandung. Kedewasaan ini besar membulatkan keinginan Saya untuk menemuinya. Yang Saya ingat Ninik ini lebih ke Belanda2an , nyentrik begitulah, logat Sunda kental yang terkadang berbahasa Belanda. Jika perkumpulan keluarga. Usia diperkirakan 93 tahun, semoga unur panjang segera mempertemukan kami.

Dan alhamdulillah kami masih melanjutkan silaturahmi khusus nya cucu-cucu dari Aki kami Sajid Nandika. Salam dan shalawat juga untukmu Aki Dan Ninik.




Ruang Tamu  yang Vintage

Ruang Keluarga


Ruang makan, Dan kami diwajibkan makan malam seadanya saat itu

Tempat kami diceritakan masalalu kami


Jalan setapak menuju makan keluarga

Disana moyangku bersemayam


Makam Aki Buyut di apit oleh makam kedua Ninik Buyut

Aki Buyut SoetaNandika

Dahulu Ada pohon sawo disini




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raden Mas dan Raden Nganten

Beautiful That Afternoon

My Lady