Pesan Langit

Syarat, Isyarat, Syariat... #philosophy


Wah... indah nya garis langit yang terlukis dari separuh bukit ini. Cukup lama kita berhenti untuk mengabadikan gambar. Lapisan pemandangan dari tanah, pohon-pohon, ketinggian flat dan pemukiman sampai 2 lapis langit putih dan biru. Lebih indah terllihat dimata dibanding gambar-gambar yang kami ambil 😁


Hembusan dingin suhu pagi itu tidak menghalangi sinar matahari hangat yang sesekali menyorot. Kami putuskan pagi itu menuju bukit yang kerapkerap ter dari tempat kami menginap. Cahaya lampu hijau dari sebentuk kubah ditampakkan di malam hari terlihat indah diujung bukit. 

Berapa ketinggian bukit ini saya kurang ingat, tapi lumayan juga terasa dibetis terukur akumulasi perjalanan kami yang hampir 20 hari. Akses menuju puncak  ke bukit  ini dalam renovasi, guna  kemudahan akses tempuh pengunjung.
Hampir saja kami urungkan niat kami mengunjungi bukit bersejarah ini. Dikarenakan kondisi terakhir dikabarkan ada pergerakan krikil-krikil yang sesekali merosot turun. Hingga sampailah pada proses renovasi. 

Bentuk asli bukit ini masih ingin dipertahankan. Terlihat pada ketersediaan ramp yang berbentuk berbelok arah balik beberapakali di separuh keliling lingkaran bukit, sehingga tanjakan ramp tidak terasa curam untuk dilalui.




Langkah demi langkah kami menyingkap gown indah (dibaca : jubah) yang berkali-kali terseret. Serasa bidadari-bidadari cantik menuju kahyangan (dibaca : kubah) diujung bukit, seraya menghantar shalawat. Tak sabar rasanya untukutiba diujung bukit.



Terlihat dari atas dipertengahan bukit tampak sebuah kubah kuning keemasan, nanti kita hampiri sekembali dari bukit. Diperjelaskan bahwa itu adalah sebuah makam seorang syuhada. Yang tak jarang dikunjungi warga setempat dihari-hari memperingati wafat nya Rasululloh sebagai penghormatan. Bahkan menjadi hari libur nasional bagi mereka. Ada "rasa dan nilai" tersendiri dalam benak saya. Kutepukkan dada kiriku sebagai penghormatan.


Siluet pemandangan dari sisi lain bukit

Ayo...naik lagi, sementara kamera tidak berhenti mengambil gambar dari berbagai posisi, berharap hasilnya sangat komunikatif. Pemandangan indah luasan kota tidak habis-habis ingin diakhiri mataku. Menggapai seluas mata memandang, itu ada rasa "nikmat dan puas". Mungkin itu 2 kata rasa syukur dan kagum pada sang Agung atas karya cipta Nya yang sulit di deskripsikan. Dan satu hal lagi adalah "Kesempatan" bagi saya untuk berpijak pada kaki ditempat-tempat yang saya tidak menduga sebelum-sebelumnya.


Georgious of gown

Sedikit lagi kita sampai di area ujung bukit, ini adalah ramp terakhir, berubah menjadi beberapa anak tangga sebagai entrance pencapaian permukaan bukit. Angin semakin kencang dan dingin, sesekali menggemulai riakan gown yang kami pakai.


Beauty of pillar
Tadaaaa kita sudah diatas ya. Meneropong luasan kota dari atas bukit. Heum.... Semakin terlihat indah pemandangan dari pilar2. Langit biru, pemukiman dan hembusan angin. 

Diatas bukit terdapat masjid bersejarah berukuran kecil hitungan 1-2 orang saja. Namun disediakan hall kecil yang bisa dikatakan musholla. Terlihat sekelompok orang saling berbincang berkenalan. Hampir semua pengunjung yang hadir melakukan sholat sunah sebagai salam pada masjid kecil tersebut. Sayang nya kami tidak diperijinkan untuk mendokumentasikan nya.

Setelah puas berfoto-foto mengabadikan gambar kami kembali menuruni bukit. Tentunya tidak  seberat ketika posisi menaik. Terbantukan sekali dengan akses ramp yang ada
Dome sebagai makam Syuhada

Terlihat berganti pengunjung sebagai peziarah datang memasuki dome untuk melakukan sholat sunnah sebagai penghormatan dan kemudian pulang. Sepertinya hal biasa yang kerap sering mereka lakukan. Tak sedikit yang membawa bekal snack dan teh hangat yang dibagikan bagi pengunjung lainnya. 

View ke bukit dari dalam Dome
Structure cangkang dengan bukaan-bukaan tak berdaun pintu kokoh tebal. Ketinggian bukaan hingga batas sebagai atap dan ceiling. Cukup tinggi, memungkinkan  banyak angin masuk melalui celah bukaan, memberikan kesan dingin dalam ruang ini. Disekeliling dome utama terdapat tembok berdiri yang bentuknya mengikuti bentuk dome nya. Dari kejauhan seolah menyerupai bentuk tangan berdoa. Mungkin sebagai simbol.

Unique Ceiling of Dome 



Memandang bukit dari bawah
Mengingat schedule kami selanjutnya, hari yang masih terhitung pagi saat itu tetap meninggalkan keindahan dalam benak sampai kami tinggalkan. Menatap kembali puncak bukit yang sudah kami capai tadi seraya berpamitan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raden Mas dan Raden Nganten

My Lady

Beautiful That Afternoon